Perkembangan Pusat Sumber Belajar

Salah satu sumber belajar yang sudah lama diperlukan – hingga sampai sekarang masih tetap demikian – dalam setiap lembaga pendidikan atau pelatihan adalah perpustakaan (library). Dalam penyelenggaraan suatu perguruan tinggi, pernah dikatakan bahwa perpustakaan adalah jantung suatu universitas. Dikatakan demikian karena perpustakaan yang mengkoleksi berbagai macam buku dan journal dari pelbagai disiplin ilmu pengetahuan sungguh sangat diperlukan oleh suatu universitas. Salah satu ukuran yang menentukan mutu suatu universitas adalah seberapa banyak koleksi buku-buku di dalam perpustakaannya. Universitas-universitas yang ternama di dunia selalu mempunyai perpustakaan pusat (main library) yang besar dengan koleksi buku-buku yang sangat banyak jumlahnya hingga ratusan ribu sampai jutaan buku dalam berbagai jenis disiplin ilmu pengetahuan dalam terbitan yang relatif baru ditambah dengan koleksi berbagai jenis jurnal ilmiah. Di samping itu di universitas tersebut terdapat juga adanya perpustakaan fakultas (school library) di setiap fakultasnya untuk mendukung kegiatan belajar para mahasiswanya di masing-masing fakultas.
Perpustakaan adalah merupakan perkembangan awal dari Pusat Sumber Belajar. Semua bahan belajar berupa rinted materials” yang telah dimiliki dan dikoleksi oleh bagian atau unit yang dinamakan Perpustakaan dipelihara dan disimpan dengan menggunakan system klasifikasi tertentu untuk memudahkan pemanfaatannya. Sistim pengklasifikasian bahan-bahan yang paling banyak digunakan adalah system Dewey Decimal Classification (DDC). Di Amerika Serikat, system pengklasifikasian bahan di perpustakaan yang umumnya digunakan adalah system Library Conggres (LC) karena volume buku dan bahan-bahan pustaka lainnya yang dikoleksi sangat banyak sampai meliputi ratusan ribu hingga jutaan buku jumlahnya. Dengan mengklasifikasi buku-buku dan bahan-bahan pustaka menggunakan system klasifikasi tertentu, maka bahan-bahan pustaka dapat didistribusikan atau disirkulasikan penggunaannya secara optimal dalam lingkungan olah/universitas sehingga dapat menunjang dan memberikan kemudahan bagi pelaksanaan kegiatan belajar dan pembelajaran yang diselenggarakan.
Perpustakaan, baik perpustakaan umum, perpustakaan sekolah maupun perpustakaan universitas. dan perpustakaan lainnya, merupakan tempat penyimpanan informasi dan pengetahuan sehingga dapat berfungsi sebagai sumber belajar bagi semua peserta belajar, para profesional, para peneliti dan bagi siapapun yang memerlukan informasi dan pengetahuan. Sebenarnya perpustakaan melayani banyak fungsi yaitu untuk keperluan arsip, pendidikan dan pembelajaran, rujukan atau referensi, penelitian, dan rekreasi bagi masyarakat pada umumnya.
Oleh karena perpustakaan berfungsi untuk kegiatan pendidikan, pembelajaran dan penelitian, maka istilah sumber belajar di ditambahkan pada koleksi perpustakaan, dan distribusi informasi mulai diarahkan pada kebutuhan belajar peserta belajar. Tingkatan belajar bergerak dari tingkat pendidikan dasar sampai dengan tingkat belajar lanjut. Media yang digunakan meliputi berbagai jenis format seperti buku, majalah, microfilm, video, film, rekaman suara, dan computer. Mereka yang tidak dapat menyelesaikan pendidikan formal dapat meneruskan studinya melalui kegiatan belajar secara informal secara belajar mandiri dengan menggunakan bahan-bahan yang terdapat di perpustakaan. Dengan demikian perpustakaan memerankan fungsi demokratisasi dalam pendidikan karena memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat untuk memperoleh pendidikan dan pembelajaran.
Satu syarat penting agar fungsi perpustakaan yang sudah dijelaskan di atas dapat secara optimal diwujudkan, anggota masyarakat yang akan menggunakan perpustakaan dituntut memiliki dua syarat penting yaitu kemampuan membaca dengan baik (reading ability) dan mempunyai kebiasaan membaca yang baik (reading habit), dua hal yang pada umumnya belum dimiliki oleh masyarakat dan bangsa Indonesia.
Perpustakaan tidak saja mendorong berkembangnya “literacy” (kemampuan membaca dan menulis), tetapi lebih jauh dapat mengembangkan “functional literacy” (kemampuan membaca dan menulis secara fungsional) di rumah, pekerjaan dan masyarakt. Dan perpustakaan lebih lanjut dapat mengembangkan dan memenuhi apa yang disebut “ information literacy” yaitu kemampuan untuk memperoleh atau mencari informasi dan pengetahuan yang dibutuhkan. Sesuai dengan perkembangan di bidang teknologi informasi maka information literacy dengan cepat berkembang ke suatu kebutuhan “electronic information technologies” yaitu informasi yang diperoleh melalui teknologi informasi. Hal ini mendorong suatu kebutuhan akan adanya perubahan fungsi perpustakaan sebagai sumber belajar
Pada awal 1960-an, khususnya di Amerika Serikat, beberapa perpustakaan universitas diubah namanya menjadi Pusat Sumber Belajar (Learning Resource Centre). Pusat Sumber Belajar ini memberikan layanan yang diperluas meliputi penelitian, pembelajaran, evaluasi belajar, pengembangan perkuliahan, layanan pelatihan, produksi bahan belajar di samping melaksanakan layanan bahan cetakan dan audio visual yang biasa dilaksanakan oleh perpustakaan, seperti seleksi (pemilihan), distribusi, dan penggunaan semua bahan belajar dan fasilitas. Tujuan yang utama adalah memperbaiki proses belajar peserta belajar dengan membantu mereview hasil penelitian, dan memilih metode pembelajaran terbaik dan bahan yang paling efektif yang akan diajarkan.
Konsep Pusat Sumber Belajar mengubah organisasi informasi dan pengelolalaan perpustakaan dari “lingkungan hanya bahan cetak” menjadi “lingkungan bahan cetak dengan bahan non cetak” termasuk pada akhirnya semua teknologi yang lebih baru seperti bahan rekaman yang dibaca dengan mesin, CD-ROM, video disc. Melalui sumber dan layanan yang baru, pustakawan dapat membantu para pengajar mereview metode pembelajaran mereka dan menyarankan praktek yang lebih kreatif. Penyiapan bahan belajar yang baru, penyediaan bahan-bahan dan peralatan audio visual untuk menunjang perkuliahan menjadi suatu program bersama dengan layanan koleksi dan referensi perpustakaan yang sudah ada.
Pengelolaan perpustakaan berubah karena dibutuhkan jenis-jenis personalia yang baru di samping staf perpustakaan yang sudah ada. Personalia yang dibutuhkan adalah yang mempunyai keterampilan dan pengetahuan dalam desain pembelajaran, pengetahuan dan keterampilan dalam pengembangan bahan (media) pembelajaran, penyiapan bahan belajar, keterampilan dalam mengakses data atau informasi melalui internet. Tentu saja dibutuhkan juga staf teknis yang akan merawat agar semua peralatan dapat tetap berfungsi setiap saat digunakan.
Pusat Sumber Belajar berfungsi melakukan pengadaan, pengembangan, produksi, pelatihan dan pelayanan dalam pemanfaatan sumber belajar (terutama bahan dan alat) untuk kegiatan pendidikan dan pembelajaran dibandingkan dengan perpustakaan yang hanya berfungsi melakukan pengadaan dan pelayanan pemanfaatan sumber belajar dalam rangka kegiatan pendidikan dan pembelajaran. Dengan demikian perpustakaan mempunyai fungsi yang lebih sempit jika dibandingkan dengan fungsi Pusat Sumber Belajar, karena hanya melaksanakan sebagian saja fungsi yang dilaksanakan oleh Pusat Sumber Belajar.
Category: